Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial
Masyarakat
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti media massa, menyebabkan terjadi perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa sedikit demi sedikit membawa masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta budaya perilaku masyarakat. Tanpa disadari media massa telah ikut mengatur jadwal hidup kita serta menciptakan sejumlah kebutuhan.
Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia. sehari-hari.
contohnya yaitu terjadi ketika kasus tentang Vicky Prasetyo disiarkan ke publik, gaya bicara Vicky Prasetyo yang tidak menggunakan bahasa inggris dengan baik membuat publik sengaja mengikuti cara bicaranya untuk lelucon semata, selain itu juga muncul gambar-gambar menarik yang menyindir Vicky Prasetyo karena gaya bicaranya tersebut.
sumber: http://showbiz.liputan6.com/read/688653/kosakata-ngawur-vicky-prasetyo-jadi-lelucon-baru-di-twitter |
sumber: http://devamelodica.com/kumpulan-gambar-gambar-kocak-lucu-bahasa-aneh-vicky-prasetyo/ |
Media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup layak bagi seorang
manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan masyarakat menilai apakah
lingkungan mereka sudah layak atau apakah ia telah memenuhi standar tersebut
dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang di lihat, didengar dan dibaca
dari media. Pesan atau informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi
mendukung masyarakat menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa senang akan
diri mereka, merasa cukup atau sebaliknya mengecilkan kepercayaan dirinya atau
merasa rendah dari yang lain.
Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang figur yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya (Trimarsanto, 1993:8). Hal tersebut di atas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa sempat ditonton oleh anak-anak (Amini, 1993).
Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang figur yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya (Trimarsanto, 1993:8). Hal tersebut di atas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa sempat ditonton oleh anak-anak (Amini, 1993).
Pengukuran efek media massa pada
dasarnya sangat kompleks. Kompleksitas pengukuran media massa, termasuk TV,
secara umum dapat dikelompokkan menurut SIAPA yang dipengaruhi, APA yang
dirubah, BAGAIMANA proses terjadinya efek, dan KAPAN efek tersebut terjadi.
Menurut Jack M. McLeod dan Byron Reeves (dalam Gayatri, 1998), khusus untuk
studi-studi lapangan noneksperimental, “siapa” yang terkena efek media sering
menjadi tidak jelas; cukup sering efek media diukur dari aspek khalayak
(ditingkat mikro), tetapi kesimpulan mengenai efek tersebut dibuat dalam
kaitannya dengan masyarakat yang lebih besar (di tingkat makro). Di samping
itu, pengukuran efek media massa kadang-kadang menjadi slit dilakukan karena
tidak dapat diketahui hanya dari perubahan-perubahan perilaku individual saja.
McLeod dan Reeves juga menjelaskan pengukuran dampak media massa menjadi
semakin kompleks karena efek media pada dasarnya tidak sama pada setiap orang,
tetapi sebagaimana ditunjukkan oleh hasil sejumlah penelitian efek pesan media
tidak mempunyai dampak langsung atau silang karena terjadinya sering disebabkan
oleh adanya variabel ketiga yang bersifat “kondisional”, “mendukung”,
“mengantari”, atau justru yang ikut berpengaruh pada saat yang sama.
Di Indonesia, penelitian dampak siaran TV kebanyakan dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh peranan TV dalam pembangunan atau perubahan sosial budaya secara
umum. Salah satu penelitian mengenai peranan TV dilakukan oleh Badan Litbang
Penerangan bekerjasama dengan LEKNAS-LIPI dan Institut Komunikasi, East West
Centre, Hawaii pada tahun 1976 dan 1982 (yakni ketika TVRI masih merupakan
satu-satunya stasiun penyiaran TV di Indonesia). Hasil penelitian tersebut
antara lain menunjukkan bahwa kehadiran TV di tengah masyarakat desa mampu
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dimana 70% dari kelompok masyarakat
yang pada survai pertama berada dalam kelompok ekonomi dibawah rata-rata pada
survai kedua meningkat status ekonominya pada kelompok masyarakat dengan
tingkat ekonomi diatas rata-rata. Disamping itu, kehadiran TV di tengah
masyarakat juga telah mengubah pola penggunaan sumber-sumber informasi
masyarakat, khususnya kelompok masyarakat penonton TV, yang mana pada survai
pertama jumlah responden yang menggunakan sumber-sumber informasi pertama
selain TV umumnya menurun pada survai kedua setelah kehadiran TV. Kehadiran TV
juga berhasil mengubah perilaku dalam adopsi kontrasepsi KB; apabila pada
survai pertama kelompok wanita muslim tidak ada yang mau menggunakan alat
kontrasepsi IUD, maka pada survai kedua dari jumlah anggota kelompok tersebut
yang merupakan penonton TV terdapat 8,3% yang mau mengadopsi alat itu. Dalam
penelitiannya, frekuensi menonton TV
dapat mengubah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai budaya
tradisional. Proporsi responden yang mempercayai nilai-nilai budaya tradisional
(dalam hal ini pewayangan) mengalami peningkatan pada responden yang sering
menonton TV, tetapi justru menurun pada kelompok responden yang tidak tentu dan
agak sering menonton TV. Sebaliknya, proporsi responden yang tidak mempercayai
nilai-nilai pewayangan cenderung meningkat pada kelompok responden yang
menonton TV secara tidak menentu dan cenderung menurun pada kelompok responden
yang sering menonton TV.
Peran dan
fungsi media massa sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat termasuk di
Indonesia. Salah satu fungsi media massa adalah sebagai watch dog dan sebagai
pilar ke empat dalam pemerintahan. Hal itu berarti bahwa media sebagai pengawas
jalannya pemerintahan sangat membantu masyarakat atas kebijakan – kebijakan apa
dan akan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Namun seiiring berjalannya waktu
sedikit demi sedikit telah terjadi pergeseran fungsi sebagai pengawas karena
adanya kepentingan bagi kaum elite yang sudah merambah di dunia politik ,
selain itu sering terjadi konvergensi media sehingga memperbesar kemungkinan
untuk terjadinya monopoli media. Sebagai contoh , tv one yang telah membeli
antv sebagai salah satu media partner nya , begitu pula mnc group yang telah membeli
tpi.
Hal tersebut
baik bagi kaum elite tetapi tidak bagi masyarakat. Inilah yang membuat media
melakukan kesalahan yang cukup fatal dan memaksa kita masyarakat agar tidak
menerima mentah – mentah apa yang diberitakan media. Tentu saja tv one tidak
mungkin memberitakan mengenai lumpur lapindo sedangkan masyakarat wajib
mengetahui bagaimana nasib penduduk sidoarjo yang menjadi korban lumpur panas
dari lapindo. Hal ini telah membuat media tidak lagi menjalankan tugasnya
sebagai watch dog secara maksimal.
Yang paling
ditakutkan lagi adalah beberapa capres di pemilu 2014 memiliki media tersendiri
seperti ARB , HT , dan SP. Dapat dibayangkan apabila mereka memenangkan pemilu
dan media yang mereka miliki seakan menutup segala kesalahan mereka dan hanya
memberikan kebaikan – kebaikan palsu sehingga menjadi kebohongan publik yang
diberikan kepada masyarakat.,
Dampak Dari
Penyalahgunaan Kebebasan Pers/Media Massa
Kebebasan
pers adalah kebebasan media komunikasi baik melalui media cetak maupun melalui
media elektronik. Dengan demikian kebebasan pers merupakan suatu yang sangat
fundamental dan penting dalam demokrasi karena menjadi pilar yang ke 4 setelah
lembaga eksekutif, lembaga legislatif dan lembaga yudikatif.
Jadi, pers
yang bebas berfungsi sebagai lembaga media atau aspirasi rakyat yang tidak bisa
diartikulasikan oleh lembaga formal atau resmi tetapi bisa diartikulasikan
melalui pers atau media massa.
Pers yang
bebas tidak bertanggung jawab, sering menimbulkan dampak yang tidak baik bagi
masyarakat. Dewasa ini, penggunaan pers atau media massa sebagai sarana
komunikasi sangatlah menguntungkan karena kita bisa mendapatkan berita yang
hangat dengan cepat tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Media komunikasi
modern seperti radio, televisi dan lainnya dengan muda dapat kita gunakan.
Dengan media komunikasi tersebut pertukaran nilai-nilai budaya antar bangsa
akan cepat terjadi. Padahal belum tentu sesuai dengan budaya-budaya indonesia.
Program ditayangkan seperti kejahatan, perangdan hal-hal yang menjurus
pornografi dapat menimbulkan dampak negatif yang menjurus pada kemerosotan
moral masyarakat. Hal tersebut tentu dapat membahayakan bangsa ini, karena
dampak yang ditimbulkan akan mengancam kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Faktor-faktor
penyebab penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan berbicara di muka diantaranya
adalah:
1. Lebih mengutamakan kepentingan ekonomis
(oriented bisnis)
2. Campur tangan pihak ketiga
3. Keberpihakan
4. Kepribadian
5. Tidak mempertimbangkan kondisi sosial
budaya masyarakat
Model komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles adalah
model komunikasi yang paling klasik. Atau disebut juga model retoris atau
retorika. Model komunikasi Artistoteles ini adalah model komunikasi statis,
Komunikasi menurutnya adalah komunikasi terjadi ketika seorang pembicara
menyampaikan pembicaraanya kepada khalayak, dalam upaya mengubah sikap merek.
Adapun unsur –unsur dalam model
komunikasi Aristoteles ini ada 3 unsur yaitu :
- Pembicara
- Pesan
- Pendengar.
sumber: http://communicationtheory.org/aristotle%E2%80%99s-communication-model/ |
Pemuka pendapat
Pemuka pendapat adalah orang yang
memiliki berbagai keunggulan di antara masyarakat sehingga dapat menjadi
perantara informasi bagi masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi perilaku
pembentukan opini dan pengambilan keputusan. Pemuka pendapat di desa contohnya
adalah kyai, dukun, tetua kampung, dan pemuka adapt, sedangkan di perkotaan ada
pengamat politik, tokoh politik dan pemerintahan, perempuan, para ahli, dosen,
organisasi masyarakat, kelompok agamis, dan sebagainya.
Prinsip komunikasi yang mengatakan,
semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektiflah komunikasi,
menjadi pegangan yang penting dalam menentukan keefektifan peranan seorang
pemuka pendapat. Pemuka pendapat yang semakin dekat latar belakangnya dengan
masyarakat yang mengikutinya, semakin pesan yang disampaikan oleh pemuka
pendapat itu efektif. Sebaliknya, semakin jauh hubungan asal-usul budaya antara
pemuka pendapat dengan budaya masyarakat yang “mengikutinya”, semakin tidak
efektiflah peranan pemuka pendapat tersebut.
Namun mengukur keefektifan peranan
pemuka pendapat tidaklah hanya dari satu faktor saja, melainkan ada faktor lain
seperti tingkat pendidikan, tingkat pengenalan terhadap media, kemudahan akses
terhadap media, sistem komunikasi, dan faktor lainnya.
Model Komunikasi David K.Berlo
sumber: http://www.uri.edu/personal/carson/hebertl/InfoDraftWeb/theories.html |
Dalam model komunikasi David K.Berlo,
diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMCR ( Source,
Message, Channel, dan Receiver ) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu
Feedback, Efek, dan Lingkungan. 1. Source (Sumber)
Sumber adalah seseorang yang memberikan
pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber
biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak
individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber
juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
2. Message (Pesan)
Pesan adalah isi dari komunikasi yang
memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat
menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda.
Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui
tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai
Message, Content, atau Information
3. Channel (Media dan saluran
komunikasi),
Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3
bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk
mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal),
maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media
telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang
bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran,
suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio). Untuk Internet,
termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat
massa. Karena, internet mencakup segalanya.
Difusi Informasi
Difusi informasi yakni seberapa cepat media menyebarkan
Difusi informasi yaitu , seberapa cepat berita atau informasi bergerak, dan
lewat saluran mana untuk sampai pada masyarakat penerima. Difusi Informasi
digunakan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak yang lebih luas. Media
perlahan namun pasti telah beralih menjadi media digital. Hal tersebut tidak
dapat ditolak karena seiiring perkembangannya zaman dan juga media dapat dengan
sangat cepat memberikan apa yang sedang terjadi di masyakarat.
Meskipun berita yang disaijkan hanya high light saja tetapi
berita tersebut merupakan berita terbaru yang sangat dicari oleh masyarakat.
Contoh pada beberapa waktu hari yang lalu dini hari pagi terjadi kecelakaan
yang sangat parah. Beberapa menit kemudian , media menyebarkan informasi sangat
cepat melalui jejaring sosial seperti twitter sehingga masyakarat tahu apa yang
sedang terjadi mungkin judul berita seperti ini “ Telah terjadi kecelakaan di
Tol Jagorawi oleh AQJ “. Lalu beberapa jam kemudian apakah media memberitakan
hal yang sama dengan judul yang serupa. Tentu saja tidak , media dengan cepat
lagi memberiitakan “ Korban kecelakaan Tol Jagorawi menewaskan enam orang dan
sembilan lainnya luka – luka “
Berita tentang AQJ di kompas.com, sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/14/1057058/Korban.Meninggal.Kecelakaan.Dul.Bertambah.Satu.Orang |
Berita tentang AQJ di liputan6.com, sumber: http://showbiz.liputan6.com/read/692586/korban-tewas-kecelakaan-maut-dul-jadi-7-orang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar