Sabtu, 14 September 2013

Pengaruh dan Kekuatan Media Massa

Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti media massa, menyebabkan terjadi perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa sedikit demi sedikit membawa masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta budaya perilaku masyarakat. Tanpa disadari media massa telah ikut mengatur jadwal hidup kita serta menciptakan sejumlah kebutuhan.

Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia. sehari-hari.

contohnya yaitu terjadi ketika kasus tentang Vicky Prasetyo disiarkan ke publik, gaya bicara Vicky Prasetyo yang tidak menggunakan bahasa inggris dengan baik membuat publik sengaja mengikuti cara bicaranya untuk lelucon semata, selain itu juga muncul gambar-gambar menarik yang menyindir Vicky Prasetyo karena gaya bicaranya tersebut.

sumber: http://showbiz.liputan6.com/read/688653/kosakata-ngawur-vicky-prasetyo-jadi-lelucon-baru-di-twitter
sumber: http://devamelodica.com/kumpulan-gambar-gambar-kocak-lucu-bahasa-aneh-vicky-prasetyo/

Media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan masyarakat menilai apakah lingkungan mereka sudah layak atau apakah ia telah memenuhi standar tersebut dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang di lihat, didengar dan dibaca dari media. Pesan atau informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi mendukung masyarakat menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa senang akan diri mereka, merasa cukup atau sebaliknya mengecilkan kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari yang lain.

Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang figur yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya (Trimarsanto, 1993:8). Hal tersebut di atas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.

Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa sempat ditonton oleh anak-anak (Amini, 1993).

Pengukuran efek media massa pada dasarnya sangat kompleks. Kompleksitas pengukuran media massa, termasuk TV, secara umum dapat dikelompokkan menurut SIAPA yang dipengaruhi, APA yang dirubah, BAGAIMANA proses terjadinya efek, dan KAPAN efek tersebut terjadi. Menurut Jack M. McLeod dan Byron Reeves (dalam Gayatri, 1998), khusus untuk studi-studi lapangan noneksperimental, “siapa” yang terkena efek media sering menjadi tidak jelas; cukup sering efek media diukur dari aspek khalayak (ditingkat mikro), tetapi kesimpulan mengenai efek tersebut dibuat dalam kaitannya dengan masyarakat yang lebih besar (di tingkat makro). Di samping itu, pengukuran efek media massa kadang-kadang menjadi slit dilakukan karena tidak dapat diketahui hanya dari perubahan-perubahan perilaku individual saja. McLeod dan Reeves juga menjelaskan pengukuran dampak media massa menjadi semakin kompleks karena efek media pada dasarnya tidak sama pada setiap orang, tetapi sebagaimana ditunjukkan oleh hasil sejumlah penelitian efek pesan media tidak mempunyai dampak langsung atau silang karena terjadinya sering disebabkan oleh adanya variabel ketiga yang bersifat “kondisional”, “mendukung”, “mengantari”, atau justru yang ikut berpengaruh pada saat yang sama.

Di Indonesia, penelitian dampak siaran TV kebanyakan dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peranan TV dalam pembangunan atau perubahan sosial budaya secara umum. Salah satu penelitian mengenai peranan TV dilakukan oleh Badan Litbang Penerangan bekerjasama dengan LEKNAS-LIPI dan Institut Komunikasi, East West Centre, Hawaii pada tahun 1976 dan 1982 (yakni ketika TVRI masih merupakan satu-satunya stasiun penyiaran TV di Indonesia). Hasil penelitian tersebut antara lain menunjukkan bahwa kehadiran TV di tengah masyarakat desa mampu meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dimana 70% dari kelompok masyarakat yang pada survai pertama berada dalam kelompok ekonomi dibawah rata-rata pada survai kedua meningkat status ekonominya pada kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi diatas rata-rata. Disamping itu, kehadiran TV di tengah masyarakat juga telah mengubah pola penggunaan sumber-sumber informasi masyarakat, khususnya kelompok masyarakat penonton TV, yang mana pada survai pertama jumlah responden yang menggunakan sumber-sumber informasi pertama selain TV umumnya menurun pada survai kedua setelah kehadiran TV. Kehadiran TV juga berhasil mengubah perilaku dalam adopsi kontrasepsi KB; apabila pada survai pertama kelompok wanita muslim tidak ada yang mau menggunakan alat kontrasepsi IUD, maka pada survai kedua dari jumlah anggota kelompok tersebut yang merupakan penonton TV terdapat 8,3% yang mau mengadopsi alat itu. Dalam penelitiannya, frekuensi menonton TV dapat mengubah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai budaya tradisional. Proporsi responden yang mempercayai nilai-nilai budaya tradisional (dalam hal ini pewayangan) mengalami peningkatan pada responden yang sering menonton TV, tetapi justru menurun pada kelompok responden yang tidak tentu dan agak sering menonton TV. Sebaliknya, proporsi responden yang tidak mempercayai nilai-nilai pewayangan cenderung meningkat pada kelompok responden yang menonton TV secara tidak menentu dan cenderung menurun pada kelompok responden yang sering menonton TV.


Peran dan fungsi media massa sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat termasuk di Indonesia. Salah satu fungsi media massa adalah sebagai watch dog dan sebagai pilar ke empat dalam pemerintahan. Hal itu berarti bahwa media sebagai pengawas jalannya pemerintahan sangat membantu masyarakat atas kebijakan – kebijakan apa dan akan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Namun seiiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit telah terjadi pergeseran fungsi sebagai pengawas karena adanya kepentingan bagi kaum elite yang sudah merambah di dunia politik , selain itu sering terjadi konvergensi media sehingga memperbesar kemungkinan untuk terjadinya monopoli media. Sebagai contoh , tv one yang telah membeli antv sebagai salah satu media partner nya , begitu pula mnc group yang telah membeli tpi.

Hal tersebut baik bagi kaum elite tetapi tidak bagi masyarakat. Inilah yang membuat media melakukan kesalahan yang cukup fatal dan memaksa kita masyarakat agar tidak menerima mentah – mentah apa yang diberitakan media. Tentu saja tv one tidak mungkin memberitakan mengenai lumpur lapindo sedangkan masyakarat wajib mengetahui bagaimana nasib penduduk sidoarjo yang menjadi korban lumpur panas dari lapindo. Hal ini telah membuat media tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai watch dog secara maksimal.

Yang paling ditakutkan lagi adalah beberapa capres di pemilu 2014 memiliki media tersendiri seperti ARB , HT , dan SP. Dapat dibayangkan apabila mereka memenangkan pemilu dan media yang mereka miliki seakan menutup segala kesalahan mereka dan hanya memberikan kebaikan – kebaikan palsu sehingga menjadi kebohongan publik yang diberikan kepada masyarakat.,

Dampak Dari Penyalahgunaan Kebebasan Pers/Media Massa

Kebebasan pers adalah kebebasan media komunikasi baik melalui media cetak maupun melalui media elektronik. Dengan demikian kebebasan pers merupakan suatu yang sangat fundamental dan penting dalam demokrasi karena menjadi pilar yang ke 4 setelah lembaga eksekutif, lembaga legislatif dan lembaga yudikatif.
Jadi, pers yang bebas berfungsi sebagai lembaga media atau aspirasi rakyat yang tidak bisa diartikulasikan oleh lembaga formal atau resmi tetapi bisa diartikulasikan melalui pers atau media massa.

Pers yang bebas tidak bertanggung jawab, sering menimbulkan dampak yang tidak baik bagi masyarakat. Dewasa ini, penggunaan pers atau media massa sebagai sarana komunikasi sangatlah menguntungkan karena kita bisa mendapatkan berita yang hangat dengan cepat tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Media komunikasi modern seperti radio, televisi dan lainnya dengan muda dapat kita gunakan. Dengan media komunikasi tersebut pertukaran nilai-nilai budaya antar bangsa akan cepat terjadi. Padahal belum tentu sesuai dengan budaya-budaya indonesia. Program ditayangkan seperti kejahatan, perangdan hal-hal yang menjurus pornografi dapat menimbulkan dampak negatif yang menjurus pada kemerosotan moral masyarakat. Hal tersebut tentu dapat membahayakan bangsa ini, karena dampak yang ditimbulkan akan mengancam kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan berbicara di muka diantaranya adalah:
1.      Lebih mengutamakan kepentingan ekonomis (oriented bisnis)
2.      Campur tangan pihak ketiga
3.      Keberpihakan
4.      Kepribadian
5.      Tidak mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat

Model komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles adalah model komunikasi yang paling klasik. Atau disebut juga model retoris atau retorika. Model komunikasi Artistoteles ini adalah model komunikasi statis, Komunikasi menurutnya adalah komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraanya kepada khalayak, dalam upaya mengubah sikap merek.
Adapun unsur –unsur dalam model komunikasi Aristoteles ini ada 3 unsur yaitu :
-          Pembicara
-          Pesan
-          Pendengar.

sumber: http://communicationtheory.org/aristotle%E2%80%99s-communication-model/


Pemuka pendapat

Pemuka pendapat adalah orang yang memiliki berbagai keunggulan di antara masyarakat sehingga dapat menjadi perantara informasi bagi masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi perilaku pembentukan opini dan pengambilan keputusan. Pemuka pendapat di desa contohnya adalah kyai, dukun, tetua kampung, dan pemuka adapt, sedangkan di perkotaan ada pengamat politik, tokoh politik dan pemerintahan, perempuan, para ahli, dosen, organisasi masyarakat, kelompok agamis, dan sebagainya.
Prinsip komunikasi yang mengatakan, semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektiflah komunikasi, menjadi pegangan yang penting dalam menentukan keefektifan peranan seorang pemuka pendapat. Pemuka pendapat yang semakin dekat latar belakangnya dengan masyarakat yang mengikutinya, semakin pesan yang disampaikan oleh pemuka pendapat itu efektif. Sebaliknya, semakin jauh hubungan asal-usul budaya antara pemuka pendapat dengan budaya masyarakat yang “mengikutinya”, semakin tidak efektiflah peranan pemuka pendapat tersebut.

Namun mengukur keefektifan peranan pemuka pendapat tidaklah hanya dari satu faktor saja, melainkan ada faktor lain seperti tingkat pendidikan, tingkat pengenalan terhadap media, kemudahan akses terhadap media, sistem komunikasi, dan faktor lainnya.

Model Komunikasi David K.Berlo

sumber: http://www.uri.edu/personal/carson/hebertl/InfoDraftWeb/theories.html


Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMCR ( Source, Message, Channel, dan Receiver ) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan. 1. Source (Sumber)

Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.

2. Message (Pesan)

Pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information

3. Channel (Media dan saluran komunikasi),

Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio). Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa. Karena, internet mencakup segalanya.

Difusi Informasi
Difusi informasi yakni seberapa cepat media menyebarkan Difusi informasi yaitu , seberapa cepat berita atau informasi bergerak, dan lewat saluran mana untuk sampai pada masyarakat penerima. Difusi Informasi digunakan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak yang lebih luas. Media perlahan namun pasti telah beralih menjadi media digital. Hal tersebut tidak dapat ditolak karena seiiring perkembangannya zaman dan juga media dapat dengan sangat cepat memberikan apa yang sedang terjadi di masyakarat.
Meskipun berita yang disaijkan hanya high light saja tetapi berita tersebut merupakan berita terbaru yang sangat dicari oleh masyarakat. Contoh pada beberapa waktu hari yang lalu dini hari pagi terjadi kecelakaan yang sangat parah. Beberapa menit kemudian , media menyebarkan informasi sangat cepat melalui jejaring sosial seperti twitter sehingga masyakarat tahu apa yang sedang terjadi mungkin judul berita seperti ini “ Telah terjadi kecelakaan di Tol Jagorawi oleh AQJ “. Lalu beberapa jam kemudian apakah media memberitakan hal yang sama dengan judul yang serupa. Tentu saja tidak , media dengan cepat lagi memberiitakan “ Korban kecelakaan Tol Jagorawi menewaskan enam orang dan sembilan lainnya luka – luka “

Berita tentang AQJ di kompas.com, sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/14/1057058/Korban.Meninggal.Kecelakaan.Dul.Bertambah.Satu.Orang

Berita tentang AQJ di liputan6.com, sumber: http://showbiz.liputan6.com/read/692586/korban-tewas-kecelakaan-maut-dul-jadi-7-orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar